Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

"Setuju" dengan Donald Trump

Yarusalem adalah kota tua yang sangat suci, kota ini dianggap keramat oleh tiga agama yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi. Agama, dalam ilmu filsafat agama terletak paling bawah, Karena segala sesuatu yang berkaitan dengan agama sangat sensitif dan cendrung mengakibatkan perpecahan antar sesama manusia, orang rela mati demi agama. Sikap yang dilakukan oleh Donald Trump yang telah mengakui bahwa Yarusalem menjadi ibukota Israel adalah keputusan yang “benar”. Trump orang hebat, beliau adalah presiden pertama Amerika yang telah berani mengumunkan secara terang-terangan persetujuan tersebut, sontak keputusan ini langsung ditanggapi oleh dunia internasional dan menjadi berita hangat akhir tahun 2017 ini, hal itu tak lepas bahwa Yarussalem yang telah puluhan tahun berstatus sengketa atas nama negara dilatarbelakangi agama yang sangat kental. Pernyataan Trump tersebut sangat berani, kalau kata orang “Laki benget” sebab setelah puluhan tahun Amerika berdiri tegak di belakang Israel untuk mem

Kiri Itu Seksi

Kiri Itu Seksi 10 November lalu, bertepatan dengan hari pahlawan tirto.id mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul “Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional” kedua tokoh tersebut adalah Tan Malaka dan Alimin. Siapa yang tak kenal Tan Malaka, pendiri partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) itu adalah seorang pemuda minang yang sangat dihormati oleh Ir Soekarno, sejarah pernah mencatat bahwa Soekarno mengatakan. “Apa bila bukan saya maka Tan yang jadi presiden,” tutur pria beristri sembilan tersebut membuktikan bahwa pemikiran Tan punya pengaruh kuat untuk memerdekakan Indonesia, tapi semua adidaya pemikiran seorang Tan tersebut seakan tak berguna di mata masyarakat sekarang hanya karanya beliau adalah seorang komunis.  Ya.. “KOMUNIS”  kata tersebut sengaja saya besarkan karena apabila mendengar kata itu masyarakat Indonesia sekarang berpikir itu adalah paham keras, radikal atau sebagainya, tanpa tau atas dasar apa mereka berpikir seperti itu, padahal menurut say

"Move on" kok gagal,!! Aarrrrgghhh...

Jangan Jadikan  Gagal “ move on” Menjadi Penyakit  Move on berasal dari dua kata yaitu move berarti pindah dan on yang memiliki beberapa arti “di, atas, pada, tentang, untuk”  namun apabila dua kata tersebut digabungkan menjadi satu kesatuan, artinya berpindah, istilah move on ini acap kali diterjemahkan berbeda oleh kebanyakan orang tergantung keinginan. Kata move on sudah tak asing di telinga, mulai siswa SD sudah mengerti  makna dari istilah bahasa inggris tersebut, sebagian besar anak muda jaman sekarang menggunakan istilah move on tersebut dalam urusan percintaan, banyak kasus yang menjerat  siswa SD, SMP, SMA, bahkan tingkat mahasiswa yang memakai kata move on ini dalam urusan percintaan mereka. “Kau harus lupakan dia dan move on dari dia, karena masih banyak laik-laki/wanita lain yang lebih baik”  kata-kata yang serupa itu sering terdengar, sebagian orang menyikapinya dengan cara yang berbeda, ada yang berhasil dan ada juga yang gagal. Gagal move on. I

"Pai Barayo" Ke Rumah Tan Malaka

Tokoh-tokoh besar asal Sumatera Barat memang ditakdirkan Tuhan untuk dilahirkan pada masa yang sangat dibutuhkan yaitu sebelum dan pancaroba kemerdekaan, nama-nama besar seperti Muhammad Yamin, Agus Salim, Buya Hamka dan Muhammad Hatta telah menghiasi sebagian besar sejarah yang pernah dicatat. Namun dibalik seorang Hatta dengan pemikirannya, Yamin dengan pemikirannya, Agus Salim dengan ketegasannya dan Buya Hamka dengan pengetahuan agama dan sastranya, hadir diantara mereka seoran gerilyawan yang cerdik, pemikir keras dan pandai, dia adalah seorang konseptor Kemerdekaan Republik Indonesia yang mengatakan bahwa Indonesia telah merdeka apabila kemerdekaan politik sudah 100% di tangan rakyat. Dia adalah Ibrahim Datuk Tan Malaka atau yang kita kenal dengan Tan Malaka. Pagi itu (25/06) setelah melaksanakan solat Eid, hati ini tergerak untuk melihat langsung kediaman pengarang buku GERPOLEK tersebut, memang sudah lumayan lama saya tertarik dengan tulisan-tulisan milik Tan Malaka.

Pengaruh sekuler perlahan masuk ke Indonesia

Selamat Datang Sekuler Tiga bulan lalu, Kementrian Agama Republik Indonesia sempat mengeluarkan wacana mengenai sertifikasi ulama, bahwa setiap ulama maupun khatib yang berkhotbah di masjid harus memiliki sertifikat resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah, wacana tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi isu makar yang dianggap berawal dari dakwah ulama. Dengan hadirnya wacana ini, pemerintah dianggap terlalu dalam mengatur umat beragama, tak lagi selaras dengan sila pertama   “Ketuhanan yang maha esa” setiap Penduduk Indonesia bebas memeluk dan menyerbarluaskan enam agama yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Konghuchu.   Pemerintah Indonesia ramai-ramai menyuarakan wacana tersebut dangan slogan saling menghargai dan toleransi, diantaranya dikutip dari Detiknews 18 Februari 2016 lalu, wakil Presiden Presiden Indonesia Jusuf Kalla mengatakan. “Panggilan salat lewat speaker cukup 10 menit, jangan berlebihan ,” pernyataan JK yang tersebut memberikan   sinyal bahwa Ind