Langsung ke konten utama

Kiri Itu Seksi

Kiri Itu Seksi

10 November lalu, bertepatan dengan hari pahlawan tirto.id mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul “Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional” kedua tokoh tersebut adalah Tan Malaka dan Alimin. Siapa yang tak kenal Tan Malaka, pendiri partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) itu adalah seorang pemuda minang yang sangat dihormati oleh Ir Soekarno, sejarah pernah mencatat bahwa Soekarno mengatakan. “Apa bila bukan saya maka Tan yang jadi presiden,” tutur pria beristri sembilan tersebut membuktikan bahwa pemikiran Tan punya pengaruh kuat untuk memerdekakan Indonesia, tapi semua adidaya pemikiran seorang Tan tersebut seakan tak berguna di mata masyarakat sekarang hanya karanya beliau adalah seorang komunis.


 Ya.. “KOMUNIS”  kata tersebut sengaja saya besarkan karena apabila mendengar kata itu masyarakat Indonesia sekarang berpikir itu adalah paham keras, radikal atau sebagainya, tanpa tau atas dasar apa mereka berpikir seperti itu, padahal menurut saya paham komunis itu pada dasarnya bermaksud baik hanya saja Indonesia bukanlah tempat yang tepat untuknya, pendapat saya ini bukanlah tanpa dasar, setelah saya membaca pidato D.N Aidit ketika PKI kalai itu berulang tahun ke 32 yang berjudul “Menempuh Jalan Rakyat” didalam pidato tersebut minim saya dapatkan pemahaman yang gagal, dalam artikata loyalitas PKI adalah rakyat.  Lambang palu dan arit yang telah mereka gunakan semenjak 1917 itu menerjemahkan bahwa partai tersebut sangat merakyat yang menyuarakan kaum terbawah suatu negara.


Mulai dari sini saya tekankan bahwa saya bukan seorang komunis. Saya hanya seorang anak kampung yang sedikit bersimpatik dengan pahamnya bukan berarti bagian dari mereka, menurut saya paham tersebut sangat menarik untuk dipelajari, karena ketika pancaroba kemerdekaan paham ini adalah paham yang sangat berpengaruh di Indonesia, memang kala itu mayoritas masarakat berada dibawah garis kemiskinan dan jasa dari partai ini sangat besar untuk mempersatukan masyarakat pada saat itu, bisa dikatakan PKI adalah salah satu partai yang memiliki jasa besar dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia, namun kejayaan partai ini mulai pudar sejak Ir Soekarno jatuh lalu disambut dengan anti-komunis milik Soeharto pada tahun 60-an, puncaknya adalah pada tahun 1965 pemberonatakan besar-besaran yang dilakukan oleh partai komunis di seluruh Indonesia yang menjatuhkan sangat banyak korban dimana-mana, waktu itu rakyat dipaksa untuk melawan tentara yang bersenjata lengkap hanya dengan peralatan seadanya, saya bilang itu adalah bunuh diri, salah satu yang jarang orang bicarakan  ketika itu pemuda Jakarta dilatih dan dipersenjatai lalu dikirim ke Ranah Minang untuk membantai masayarakat disini dan telah manjatuhkan lebih dari 300 Pemuda Minang kala itu atas dasar Orde Baru, karena mereka berpikir bahwa orang kiri banyak lahir dari sini. Biadap


Terlepas dari semua itu, pemikiran kiri memang dianggap bersebrangan dengan mereka yang berpikir normal, sebagian sejarah mengatakan bahwa Tan diakhir hidupnya diasingkan oleh PKI karena kesalahpahaman, kedua tokoh yang diangkat oleh tirto.id diatas adalah orang-orang yang memilih untuk berpikir lebih dalam dan dari sudut yang berbeda tak seperti kebanyakan, berbeda dengan Tan yang dianugerahi gelar pahlawan nasional setelah 14 tahun kematiannya, Alimin justru memiliki gelar itu dua hari setelah beliau wafat.


Anugerah pahlawan nasional yang diberikan oleh negara tersebut adalah bukti bahwa berpikir kiri sangat diterima oleh masyarakat, apalagi bagi seorang minang tulen banyak tukoh kiri yang lahir dari sini, berpikir kiri bukan berarti komunis dan pasti juga bukan seorang yang radikal, semua itu hanya masalah pemahaman, orang yang berpikir kiri adalah orang yang memilih jalan berbeda, ibaratnya dua orang sedang dalam perjalanan menuju tujuan yang sama orang biasa memilih jalan yang sudah biasa digunakan, namun orang kiri memilih jalan pintas untuk sampai di tujuan yang sama.  


Semua ini hanya masalah pola berpikir seseorang, seorang biasa adalah yang berpikir dengan cara evolusi sedangkan kiri adalah berpikir revolusi. Saya sederhanakan lagi, orang kiri adalah orang-orang yang melihat sesuatu dari sudut yang bebeda tak seperti kebanyakan. Oleh karena itu dari tulisan ini saya menyuarakan bahwa orang-orang kiri adalah orang yang beda mereka punya caranya sendiri intuk menterjemahkan sesuatu, orang kiri pasti adalah orang yang gemar membaca, karena dari mana mereka mengetahui semua tanpa membaca.



Oleh karena itu seluruh pemuda indonesia termasuk saya, perlahan tinggalkanlah hal-hal yang tidak bermanfaat, hanya menhancurkan generasi, yang pikirannya hanya bermain, poya-poya, gaya-gayaan, karena semua itu tak sedikit ada manfaatnya bagi kita karena hanya akan menggerogoti tubuh negeri ini dengan penyakit yang kita berikan, dan cara untuk mengatasi semua itu terjadi adalah dengan menjadi kiri. Karena kiri itu SEKSI. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Go Set A Watchman

“Go Set A Watchman” adalah buku yang sangat menarik bagi kita yang ingin tahu tentang isu diskriminasi ras di Amerika sejak tahun 1950-an, dalam buku ini Harper Lee sang penulis berhasil memberikan penekanan kepada Jean Louis sebagai karakter utama. Saya sangat takjub ketika membuka halaman pertama, kita tahu Harper Lee adalah seorang pemenang Pulitzer dengan buku fenomenalnya “To Kill A Mockingbird” yang mengguncang sastra dunia. Setiap halaman demi halaman di dalam buku ini ditulis dengan sastra klasik khas Amerika lengkap dengan puisi-puisi kenamaan Arthur William, William Schwenck Gilbert dan serpihan tulisan Lady Croline Lamb.   Dia membuat premis yang nyaris sempurna kepada seluruh tokoh yang membuat pembaca mendapatkan makna-makna tersendiri dari seluruh karakter yang ada. Meskipun lebih dari sepuluh karakter terdapat dalam buku ini penulis tetap menjadikan Jean Louis sebagai inti cerita dengan tidak meninggalkan detail penokohan yang lain. Ayah Jean Louis, Att

Menikmati Ketidakpastian (Bagian Satu)

Ada beberapa kisah menaik yang ada dalam pikiran saya beberapa waktu belakangan. Beberapa waktu yang lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota besar serupa “Neraka” ini ada seorang laki-laki yang menurut saya adalah akan menjadi orang yang akan selalu saya percayai, bukan perempuan karena mungkin bebrapa tahun ini saya belum akan memulai kisah beru dengan perempuan karena da sesuatu hal yang membuat saya merasa kurang beruntung dengannya. Untuk mencapai sesuatu dan mempercayainya butuh waktu yang tidak sedikit, butuh waktu rata-rata tujuh tahun begi seseorang bisa menguasai bidang yang ia sukai, di dalam tujuh tahun itu terdapat kesenangan, kebosanan, konsisten, putus asa dan merasa gagal. Begitu juga untuk mengenal manusia, sampai sekarang saya hanya punya dua orang sahabat saja yang sangat dipercayakan bukan karena sombong because something but, this is about self , saya tidak tahu tapi entah mengapa saya sangat susah dekat dengan orang dan hal tersebut sudah saya