Langsung ke konten utama

Menikmati Ketidakpastian (Bagian Satu)

Ada beberapa kisah menaik yang ada dalam pikiran saya beberapa waktu belakangan. Beberapa waktu yang lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota besar serupa “Neraka” ini ada seorang laki-laki yang menurut saya adalah akan menjadi orang yang akan selalu saya percayai, bukan perempuan karena mungkin bebrapa tahun ini saya belum akan memulai kisah beru dengan perempuan karena da sesuatu hal yang membuat saya merasa kurang beruntung dengannya.

Untuk mencapai sesuatu dan mempercayainya butuh waktu yang tidak sedikit, butuh waktu rata-rata tujuh tahun begi seseorang bisa menguasai bidang yang ia sukai, di dalam tujuh tahun itu terdapat kesenangan, kebosanan, konsisten, putus asa dan merasa gagal. Begitu juga untuk mengenal manusia, sampai sekarang saya hanya punya dua orang sahabat saja yang sangat dipercayakan bukan karena sombong because something but, this is about self, saya tidak tahu tapi entah mengapa saya sangat susah dekat dengan orang dan hal tersebut sudah saya rasakan mulai dari Taman Kanak-Kanak, kalau tidak ada bunda di samping atau di sekolah itu saya akan menangis, entah mengapa dan anehnya hal tersebut berlanjut hingga kelas enam SD, I don’t know I think thats weirdo but I found ma self there and I try to love m self better than everything.

Saya pergi ke Jakarta dengan seorang teman yang tidak pernah saya sukai sebelumnya, anehnya tanpa saya sedari saya selalu hidup dengan orang-orang yang tidak saya sukai. I don’t know saya merasakan ada yang salah entah pada orang lain itu atau pada diri sendiri, saya selau berpikir paradoks terkait hal ini selalu saja berputar-putar dan tidak pernah selesai.

Minggu lalu, senior desain grafik di tempat saya bekerj saat ini memutuskan untuk keluar tanpa alasan yang jelas, bukan kepergiannya yang saya sesali bukan juga kehilanggannya karena saya akrab dengan itu, tapi tanggung jawab setelah itu. Saya akan naik jabatan dan mau tidak mau saya harus naik dengan kondisi yang saya sendiri sedang mengejar kualitas itu. Dalam waktu yang bersamaan Tuhan memberikan tantangan menjadi konsultan desain grafis sekaligus mengejar standar kualitasnya, dengan cataan saya tidak pernah sekalipun mengecup pendidikan formal di desain grafis, ini gila dan out of the box.

Hari-hari belakangan saya sedang membaca buku karya Richard Brodie yang berjudul Virus of the mind buku yang sangat bagus juga sesuai dengan pekerjaan yang sedang saya tekuni saat ini, buku ini bercerita tentang meme. Virus akalbudi lebih tepatnya, setelagh tulisan ini akan saya buat beberapa bagian yang menarik dan menururt saya perlu dibagikan kepada kawan-kawan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Go Set A Watchman

“Go Set A Watchman” adalah buku yang sangat menarik bagi kita yang ingin tahu tentang isu diskriminasi ras di Amerika sejak tahun 1950-an, dalam buku ini Harper Lee sang penulis berhasil memberikan penekanan kepada Jean Louis sebagai karakter utama. Saya sangat takjub ketika membuka halaman pertama, kita tahu Harper Lee adalah seorang pemenang Pulitzer dengan buku fenomenalnya “To Kill A Mockingbird” yang mengguncang sastra dunia. Setiap halaman demi halaman di dalam buku ini ditulis dengan sastra klasik khas Amerika lengkap dengan puisi-puisi kenamaan Arthur William, William Schwenck Gilbert dan serpihan tulisan Lady Croline Lamb.   Dia membuat premis yang nyaris sempurna kepada seluruh tokoh yang membuat pembaca mendapatkan makna-makna tersendiri dari seluruh karakter yang ada. Meskipun lebih dari sepuluh karakter terdapat dalam buku ini penulis tetap menjadikan Jean Louis sebagai inti cerita dengan tidak meninggalkan detail penokohan yang lain. Ayah Jean Louis, Att

Kiri Itu Seksi

Kiri Itu Seksi 10 November lalu, bertepatan dengan hari pahlawan tirto.id mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul “Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional” kedua tokoh tersebut adalah Tan Malaka dan Alimin. Siapa yang tak kenal Tan Malaka, pendiri partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) itu adalah seorang pemuda minang yang sangat dihormati oleh Ir Soekarno, sejarah pernah mencatat bahwa Soekarno mengatakan. “Apa bila bukan saya maka Tan yang jadi presiden,” tutur pria beristri sembilan tersebut membuktikan bahwa pemikiran Tan punya pengaruh kuat untuk memerdekakan Indonesia, tapi semua adidaya pemikiran seorang Tan tersebut seakan tak berguna di mata masyarakat sekarang hanya karanya beliau adalah seorang komunis.  Ya.. “KOMUNIS”  kata tersebut sengaja saya besarkan karena apabila mendengar kata itu masyarakat Indonesia sekarang berpikir itu adalah paham keras, radikal atau sebagainya, tanpa tau atas dasar apa mereka berpikir seperti itu, padahal menurut say