Langsung ke konten utama

Virus of The Mind (Richard Brodie)

Apa yang terpikirkan saat pertama kali mendengar kata “meme”? Sebagian besar dari kita mengatakan bahwa meme adalah gambar-gambar yang berisi tentang lelucon dari sesuatu hal yang dianggap lucu. Sebelum membaca buku ini pengetahuan saya tentang meme mungkin sama dengan apa yang ditulis di atas, sayang sekali kebenaran berdasarkan asumsi itu bisa dipatahkan lewat buku ini “Virus of The Mind” karya Richard Brodie.

Mari kita restrat paradigma berpikir kembali ke titik nol, singkirkan sementara pikiran-pikiran terdahulu yang secara teori tidak berdasar. Defenisi meme pada buku ini adalah “unsur utama informasi di dalam akal budi yang keberadaannya memengaruhi peristiwa sedemikian rupa sehingga tercipta lebih banyak salinan meme itu di dalam akal budi orang lain” secara singkatnya meme adalah virus yang ada di dalam akal budi kita sebagai manusia.

Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang sebenarnya sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari namun luput dari pandangan kita, misalnya dengan kita melihat kejadian beberapa waktu yang lalu di Indonesia. Ada yang tahu tentang peristiwa “om telolet om”? Atau yang lebih dekat sekarang, banyak dari kita yang “ikut-ikutan” bermain tiktok? Nah, pernahkah kita “mencoba” berpikir dari mana awal semua itu terjadi? Siapa pencetusnya? Dan pertanyaan yang lebih besar dan sangat “mengena” menurut saya, mengapa hal-hal seperti itu mudah sekali tersebar di negara kita?.

Di dalam buku ini semua hal tersebut dibahas dengan bahasa yang mudah dimengerti, mulai dari istilah-istilah yang menurut kita remeh kepada yang sangat rumit. Pada dasarnya buku ini adalah ilmu matematika yang dianalogikan dengan sangat baik oleh penulis. Dia mengatakan bahwa setiap orang yang paham dan megerti ilmu matematika seharusnya bisa menjalankan hidup dengan baik karena di dalam metematika tersebut terdapat rumus-rumus yang melogikakan segala sesuatu.

Lalu apa hubungannya matematika dengan virus? Virus adalah bentuk nyata yang tidak nampak kalau kita hanya memikirkan secara dangkal, oleh karena itu logika yang dalam terhadap segala sesuatu bisa menemukan kebenaran yang masih setengah. Setengah kebenaran, penulis juga sudah mengatakan itu di awal-awal bukunya bahwa kebenaran itu tidak sepenuhnya benar, jadi bisakah kita menemukan kebenaran dengan pemikirian yang dangkal sedangkan dengan logika matematika pun hanya setangah? Nah mulai lah bangun dari tidur panjangmu anak muda.

Menarik sekali, penulis mengerti dengan keadaan pembacanya yang tentu saja tidak semuanya suka apalagi paham dengan metematika, oleh karena itu buku ini ditulis dengan analogi yang cukup ringan. Pada halaman 59, terdapat beberapa tabel yang mengartikan inti dari buku ini yang menurut saya kita semua mengetahui itu.

Selain mentematika, pengertian virus juga dijelaskan dari segi ilmu biologi dengan menganalogikan DNA, apa itu dasar DNA? Adalah sesuatu yang harus menyebar dan membelah. Pada konsepnya hampir sama dengan meme dan virus dan virus akal budi, “yaitu selalu ingin menyebar dengan cepat guna mempertahankan RAS terbaiknya”.

Tidak berhenti sampai di situ, ada banyak sekali pelajaran-pelajaran penting yang penting bisa kita dapatkan dari buku ini, kesimpulannya adalah virus itu ada dan sangat banyak dimana pun, kembali lagi kepada diri sendiri apakah kita mau menerimanya begitu saja atau memilih untuk mempertimbangkannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Go Set A Watchman

“Go Set A Watchman” adalah buku yang sangat menarik bagi kita yang ingin tahu tentang isu diskriminasi ras di Amerika sejak tahun 1950-an, dalam buku ini Harper Lee sang penulis berhasil memberikan penekanan kepada Jean Louis sebagai karakter utama. Saya sangat takjub ketika membuka halaman pertama, kita tahu Harper Lee adalah seorang pemenang Pulitzer dengan buku fenomenalnya “To Kill A Mockingbird” yang mengguncang sastra dunia. Setiap halaman demi halaman di dalam buku ini ditulis dengan sastra klasik khas Amerika lengkap dengan puisi-puisi kenamaan Arthur William, William Schwenck Gilbert dan serpihan tulisan Lady Croline Lamb.   Dia membuat premis yang nyaris sempurna kepada seluruh tokoh yang membuat pembaca mendapatkan makna-makna tersendiri dari seluruh karakter yang ada. Meskipun lebih dari sepuluh karakter terdapat dalam buku ini penulis tetap menjadikan Jean Louis sebagai inti cerita dengan tidak meninggalkan detail penokohan yang lain. Ayah Jean Louis, Att

Menikmati Ketidakpastian (Bagian Satu)

Ada beberapa kisah menaik yang ada dalam pikiran saya beberapa waktu belakangan. Beberapa waktu yang lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota besar serupa “Neraka” ini ada seorang laki-laki yang menurut saya adalah akan menjadi orang yang akan selalu saya percayai, bukan perempuan karena mungkin bebrapa tahun ini saya belum akan memulai kisah beru dengan perempuan karena da sesuatu hal yang membuat saya merasa kurang beruntung dengannya. Untuk mencapai sesuatu dan mempercayainya butuh waktu yang tidak sedikit, butuh waktu rata-rata tujuh tahun begi seseorang bisa menguasai bidang yang ia sukai, di dalam tujuh tahun itu terdapat kesenangan, kebosanan, konsisten, putus asa dan merasa gagal. Begitu juga untuk mengenal manusia, sampai sekarang saya hanya punya dua orang sahabat saja yang sangat dipercayakan bukan karena sombong because something but, this is about self , saya tidak tahu tapi entah mengapa saya sangat susah dekat dengan orang dan hal tersebut sudah saya

Kiri Itu Seksi

Kiri Itu Seksi 10 November lalu, bertepatan dengan hari pahlawan tirto.id mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul “Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional” kedua tokoh tersebut adalah Tan Malaka dan Alimin. Siapa yang tak kenal Tan Malaka, pendiri partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) itu adalah seorang pemuda minang yang sangat dihormati oleh Ir Soekarno, sejarah pernah mencatat bahwa Soekarno mengatakan. “Apa bila bukan saya maka Tan yang jadi presiden,” tutur pria beristri sembilan tersebut membuktikan bahwa pemikiran Tan punya pengaruh kuat untuk memerdekakan Indonesia, tapi semua adidaya pemikiran seorang Tan tersebut seakan tak berguna di mata masyarakat sekarang hanya karanya beliau adalah seorang komunis.  Ya.. “KOMUNIS”  kata tersebut sengaja saya besarkan karena apabila mendengar kata itu masyarakat Indonesia sekarang berpikir itu adalah paham keras, radikal atau sebagainya, tanpa tau atas dasar apa mereka berpikir seperti itu, padahal menurut say