Langsung ke konten utama

Brida (Paulo Coelho)



Unik, penuh fantasi dan membakar semangat. Beberapa kata yang saya rasa tepat dilabelkan untuk buku ini, selain jalan cerita yang menarik ada pesan tersirat yang bisa kita ambil yaitu semangat pantang menyerah terhadap apapun, berbeda dengan buku-buku yang sebelumnya saya baca dan resensi kan, buku ini punya jalan cerita menarik dengan tema sihir.

Tentu saja ini bukan buku milik JK Rowling yang terkenal sangat tebal dan menurut saya rumit (Bagi kita yang tidak terbiasa dengan inggris UK) itu pada buku karya Paulo Coelho ini kita tidak akan dihadapkan dengan istilah-istilah yang tak pernah kita kenal sebelumnya justru buku ini ditulis dengan indah dan mudah sekali dimengerti.

Brida, adalah sosok perempuan yang aneh, introver (Seperti penulis) dijauhkan oleh teman-teman sebayanya karena dia melakukan hal-hal yang tidak biasa orang-orang seumurannya lakukan, seperti berkontemplasi, membaca buku-buku magic dan tertarik kepada segala sesuatu yang berhubungan dengan makhluk halus.

Dia memiliki seorang kekasih bernama Lourens yang sangat ia cintai, Brida sangat terobsesi sekali ingin menjadi seorang penyihir, hampir seluruh sisi kehidupannya selalu dihubungkan dengan sesuatu yang tidak tampak atau yang acap sekali kita sebut dengan astral. Dia adalah perempuan yang taat beribadah setiap minggunya, senja seketika dibalut perasaan penasaran dari kertas-kertas yang dilahapnya dia menemukan bahwa untuk menjadi seorang penyihir dia harus mengusai tradisi matahari dan tradisi bulan.

Di sini lah kelebihan seorang Paulo Coleho yang tidak saya temukan pada tulisan-tulisan sejenis, dia memberikan nilai-nilai yang berbumbu semangat, Brida adalah pemudi pekerja keras dia tidak akan menyerah sebelum menemukan apa yang dia inginkan, hingga pada suatu sore dia mendapat informasi di mana tempat belajar menjadi penyihir namanya adalah Sang Magus dia adalah seorang pria yang menguasai tradisi matahari.

Menemukan Sang Magus bukan sesuatu yang gampang, Brida harus mendaki bukit yang tinggi untuk bertemu dangannya. Setelah bertemu dangan pria yang bermumur lebih tua seumur hidupnya itu dia meminta diajarkan bagaimana cara menguasai tradisi matahari, tanpa sungkan Sang Magus langsung mengajarkannya karena dia melihat ada cahaya di pundak kiri wanita muda itu. Tidak lain dan tidak bukan mereka berdua adalah pasangan jiwa, menemukan pasangan jiwa adalah salah satu syarat untuk mengusai tradisi marahari dan bulan. Sang Magus juga seorang pria yang telah menghukum dirinya sendiri dikarenakan perkara cinta dengan hukuman paling kejam di dunia yaitu kesepian.

Setelah bertemu dengan Sang Magus, Brida berjumpa dengan Wicca perempuan cantik yang menguasai tradisi bulan, Brida adalah murid terbaik Wicca karena dia tahu dengan bakat yang dimilikinya.

Di akhir cerita Brida berhasil mengusai seluruh ilmu itu dengan tidak mudahnya, lalu menemukan pasangan jiwanya yaitu Sang Magus.

Begitulah sedikit penggalan cerita dari buku ini yang bisa saya tuliskan kembali dalam blog ini, buku milik Paulo Coelho ini sangat saya rekomendasikan bagi kita yang kerap menderita kesepian dalam hidup ini, padahal faktanya kita harus menciptakan kesepian kita sendiri karena dengan itu kita bisa fokus mengejar mimpi. Sekian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Go Set A Watchman

“Go Set A Watchman” adalah buku yang sangat menarik bagi kita yang ingin tahu tentang isu diskriminasi ras di Amerika sejak tahun 1950-an, dalam buku ini Harper Lee sang penulis berhasil memberikan penekanan kepada Jean Louis sebagai karakter utama. Saya sangat takjub ketika membuka halaman pertama, kita tahu Harper Lee adalah seorang pemenang Pulitzer dengan buku fenomenalnya “To Kill A Mockingbird” yang mengguncang sastra dunia. Setiap halaman demi halaman di dalam buku ini ditulis dengan sastra klasik khas Amerika lengkap dengan puisi-puisi kenamaan Arthur William, William Schwenck Gilbert dan serpihan tulisan Lady Croline Lamb.   Dia membuat premis yang nyaris sempurna kepada seluruh tokoh yang membuat pembaca mendapatkan makna-makna tersendiri dari seluruh karakter yang ada. Meskipun lebih dari sepuluh karakter terdapat dalam buku ini penulis tetap menjadikan Jean Louis sebagai inti cerita dengan tidak meninggalkan detail penokohan yang lain. Ayah Jean Louis, Att

Menikmati Ketidakpastian (Bagian Satu)

Ada beberapa kisah menaik yang ada dalam pikiran saya beberapa waktu belakangan. Beberapa waktu yang lalu ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di kota besar serupa “Neraka” ini ada seorang laki-laki yang menurut saya adalah akan menjadi orang yang akan selalu saya percayai, bukan perempuan karena mungkin bebrapa tahun ini saya belum akan memulai kisah beru dengan perempuan karena da sesuatu hal yang membuat saya merasa kurang beruntung dengannya. Untuk mencapai sesuatu dan mempercayainya butuh waktu yang tidak sedikit, butuh waktu rata-rata tujuh tahun begi seseorang bisa menguasai bidang yang ia sukai, di dalam tujuh tahun itu terdapat kesenangan, kebosanan, konsisten, putus asa dan merasa gagal. Begitu juga untuk mengenal manusia, sampai sekarang saya hanya punya dua orang sahabat saja yang sangat dipercayakan bukan karena sombong because something but, this is about self , saya tidak tahu tapi entah mengapa saya sangat susah dekat dengan orang dan hal tersebut sudah saya

Kiri Itu Seksi

Kiri Itu Seksi 10 November lalu, bertepatan dengan hari pahlawan tirto.id mengeluarkan sebuah artikel yang berjudul “Tokoh PKI dan Orang Kiri yang Jadi Pahlawan Nasional” kedua tokoh tersebut adalah Tan Malaka dan Alimin. Siapa yang tak kenal Tan Malaka, pendiri partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba) itu adalah seorang pemuda minang yang sangat dihormati oleh Ir Soekarno, sejarah pernah mencatat bahwa Soekarno mengatakan. “Apa bila bukan saya maka Tan yang jadi presiden,” tutur pria beristri sembilan tersebut membuktikan bahwa pemikiran Tan punya pengaruh kuat untuk memerdekakan Indonesia, tapi semua adidaya pemikiran seorang Tan tersebut seakan tak berguna di mata masyarakat sekarang hanya karanya beliau adalah seorang komunis.  Ya.. “KOMUNIS”  kata tersebut sengaja saya besarkan karena apabila mendengar kata itu masyarakat Indonesia sekarang berpikir itu adalah paham keras, radikal atau sebagainya, tanpa tau atas dasar apa mereka berpikir seperti itu, padahal menurut say